Oleh : Adi Fikri Humaidi
Sudah dipastikan setiap ada lowongan pekerjaan di sebuah perusahan maupun instansi, baik milik swasta maupun milik pemerintah, maka akan ada ratusan bahkan ribuan pelamar yang akan mendatangi perusahaan tersebut untuk mengajukan lamaran dan berharap bisa diterima dan dipekerjaan di perusahan tersebut.
Bangsa kita memang bangsa pekerja yang hanya bisa menjadi pemakai, setidaknya hal itulah yang menjadi cerminan kenapa saya berkata demikian.
Pagi itu, meski cukup mendung, ratusan bahkan mungkin ribuan anak-anak remaja provinsi Banten lulusan SMA/SMK berbondong-bondong mendatangi sebuah event yang bertema “Job Matching SMA/SMK 2010, dimana di event tersebut lebih dari 50 perusahaan membuka lowongan pekerjaan untuk anak-anak lulusan SMA/SMK..
Bagai pasukan semut yang mengerubungi sebutir gula, mungkin itulah istilah yang cocok untuk event tersebut. Tanpa menunggu komando anak-anak itu mendatangi dan mencari-cari pekerjaan apa yang cocok denga mereka, dengan harapan. Barangkali saja dari sekian banyak lamaran yang diajukan ada yang berminat meminang mereka.
Melihat fenomena di event tersebut selama 2 hari membuat saya berani menyimpulkan, bahwa ada kesalahan dengan sistem pendidikan di Indonesia khususnya di Banten.
Teringat kata seorang kawan kepada saya, “Kalau hanya untuk menjadi budak, ngapain harus sekolah?”. Ya, selintas ada benarnya. Coba kita sama-sama perhatikan mereka-mereka yang rela ngantri berjubel untuk menyerahkan lamaran dan siap dipekerjaan di perusahaan yang mau menerima mereka.
Para pemburu kerja dengan berbagai latar belakang pendidikan terpaksa berebut lowongan kerja yang jumlahnya minim. Di sisi lain, situasi ini juga menggambarkan pasar saat ini dipenuhi tenaga kerja yang tidak memiliki kualifikasi khusus sehingga lowongan apa pun diserbu.
"Ini fenomena lama yang muncul di permukaan. Tekanan tenaga kerja yang luar biasa hingga peluang dan harapan sekecil apa pun harus diambil oleh mereka. Ini problem hubungan antara pendidikan dan dunia kerja," kata salah seorang Pengamat Sosial di Banten, Endang Sudjana, SH.MH., Kamis, (25/11).
Endang mengatakan, fenomena itu juga menunjukkan adanya permasalahan dalam sistem pendidikan. Output dunia pendidikan tidak bisa memenuhi kualifikasi dunia kerja. Jual beli gelar dan komersialisasi pendidikan menjadikan pasar tenaga kerja tidak diisi oleh orang yang berkualitas.
Sistem pendidikan di Indonesia rata-rata mengajarkan dan menganjurkan bagaimana caranya supaya kelak begitu lulus dan selesai sekolah bisa secepatnya bekerja pada sebuah instansi atau perusahaan. Sistem pendidikannya tidak berkonsentrasi untuk mengajarkan bagaimana suapaya si anak bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan modal keterampilan (SDM) dan lingkunan yang ada (SDA).
Dengan modal Sumber Daya Alam (SDA) yang memadai bahkan bisa dibilang luar biasa, Banten bisa berada di depan, daripada harus mengandalkan perusahaan-perusahaan asing yang memperkerjakan generasi-generasi mudanya. Tinggal bagaimana mengolah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada supaya bisa di optimalkan.
Sumber:
http://muslimharokah.blogspot.com/2010/11/para-pencari-kerja-cerminan-dari.html
0 komentar:
Posting Komentar